Langsung ke konten utama

Karena Indonesia, Sepeda Tercipta


Seperti lagu “Bicycle Race” oleh Queen; bersepeda merupakan kegiatan yang menandakan kebebasan diri, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat serta idealisme sebagai manusia merdeka. Sebagian besar manusia di muka bumi ini dipastikan pernah memiliki pengalaman dengan sepeda (apa pun bentuk dan jenis sepeda) dan kegiatan bersepeda alias gowes. Sehingga dapat dikatakan bahwa sepeda telah menemani serta mewarnai kehidupan dan kebudayaan masyarakat dunia sejak awal abad ke-19.

Sampai catatan kecil ini ditulis, perkembangan sepeda beserta teknologi-nya sudah sedemikian canggihnya beserta beragam jenis dan fungsi/kegunaan, sehingga sepeda bukanlah alat transportasi yang dapat dipandang sebelah mata. Dari segi harga, sejumlah sepeda dengan teknologi tinggi memiliki harga yang lebih tinggi dari alat transportasi lain seperti sepeda motor. Inovator-inovator sepeda terus berpikir bagaimana menciptakan sepeda yang nyaman untuk digunakan, tentunya sesuai dengan fungsinya. Kemudian industri menerapkannya dan memberikan harga terhadap bentukan inovasi tersebut. Menurut hemat penulis, sepeda dengan beragam jenis dan fungsinya beserta ragam inovasinya adalah produk aktivitas berpikir manusia, dan mungkin bisa dikatakan “aku berpikir maka sepeda ada”.

Bentuk sepeda diawali dari pemikiran dan karya Barn Karl Von Drais pada 1817-an dengan sebutan Draisiene. Bentuk awal sepeda ini sangatlah tidak nyaman untuk dipergunakan bahkan untuk kegiatan sehari-hari pun, padahal karya ini dimaksudkan untuk dapat mempermudah pergerakan manusia. Karya dari Von Drais ini ada kaitannya dengan kondisi Indonesia saat itu (Hindia-Belanda). Pada tahun 1815, terjadi erupsi gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, dimana hasil dari erupsi tersebut adalah penurunan suhu global akibat tertutupnya sebagian planet bumi oleh debu erupsi. Penurunan suhu global ini mengakibatkan terjadinya kegagalan panen dan peternakan. Masa ini juga disebut dengan the year without summer.

Kegagalan peternakan tidak hanya menimpa ternak pedaging atau ternak tujuan konsumsi, tetapi juga peternakan kuda. Kuda merupakan alat transportasi utama pada waktu tersebut, baik kuda tunggang ataupun kuda untuk menarik kereta. Adanya kegagalan peternakan kuda telah menyebabkan kelangkaan kuda di Eropa, sehingga Von Drain yang kebetulan juga memiliki hobi berkuda mulai memutar otaknya untuk mengatasi kondisi tersebut. Akhirnya terciptalah Draisiene yang menjadi cikal bakal sepeda saat ini. Meskipun di referensi lain disebutkan bahwa Giovanni Fontana pernah membuat bentuk sepeda sederhana yang disebut dengan human-powered device pada tahun 1418 serta Leonardo Da Vinci pernah menyusun sketsa bentuk seperti sepeda pada tahun 1493.

Karya dari Von Drais ini kemudian dikembangkan oleh inovator-inovator lainnya; seperti Kirkpatrick Macmillan, Pierre Lallement, Aime dan Rene Olivier, Pierre Michaux, Eugene Meyer, James Starley, John Kemp Starley, serta John Boyd Dunlop. Selain itu, perkembangan sepeda juga erat kaitannya dengan industri otomobil; misalnya Charles Duryea, Albert Pope dan Alexander Winton mengawali industri sepeda sebelum bergerak di industri otomobil, serta pada waktu tersebut komponen sepeda juga diproduksi bersama dengan komponen otomobil. Peningkatan perkembangan sepeda dimulai pada tahun 1960, dimana pada masa tersebut dikenal dengan modern age of bicycle.

Kegiatan bersepeda atau gowes di Indonesia sampai saat ini tampaknya tidak pernah padam semangatnya, bahkan menurut pengamatan penulis terdapat peningkatan trend. Apabila jaman dahulu, tujuan orang memiliki sepeda adalah sebagai alat transportasi yang membantu mempermudah pergerakan, maka saat ini fungsi sepeda bertambah sebagai sarana olahraga dan juga gaya hidup. Namun, yang perlu diperhatikan oleh semua goweser alias pesepeda dalam semangat bersepeda adalah filosofi dibalik sepeda dan bersepeda; diantaranya adalah kebebasan individu dan berekspresi, idealisme sebagai manusia merdeka, toleransi, serta kebugaran dan kesehatan. Selain itu, jangan dilupakan juga bahwa “karena Indonesia maka sepeda tercipta”.

Salam gowes & mlaku-mlaku,

Komentar

  1. * KUNJUNGI SITUS KAMI DI *

    WWW.ID303.INFO


    MENANG BERAPAPUN, PASTI KAMI BAYAR !!! *


    * Melayani LiveChat 7 x 24 Jam Nonstop :

    - WA : 08125522303
    - BBM : CSID303



    Tribun S128 Sabung Ayam


    Daftar Agen Sbobet


    www.gorengayam.live

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.