Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Varian Baru Tulisan Fiksi, Pawon Fiksi

Tulis menulis merupakan salah satu kegiatan yang boleh dibilang menyenangkan sekaligus merupakan olah rasa dan olah pikir. Menulis adalah kegiatannya dan tulisan adalah bentuk hasil atau karyanya. Karya yang terbentuk ini nantinya diharapkan akan memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial masyarakat (harapan penulis) dan juga karya ini akan tetap hidup abadi walaupun si penulis sudah menjadi tanah. Singkatnya, menurut hemat penulis, menulis merupakan salah satu cara "memperpanjang hidup". Seperti apa yang pernah diujarkan oleh Pak Pramoedya, bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Jika dalam www.mlakuwae.blogspot.co.id berisikan mengenai catatan-catatan ringan seputar apa yang terjadi di sekitar kita dan catatan-catatan ringan mengenai jalan-jalan dan memotret. Nah, penulis mengenalkan varian baru, yakni tulisan fiksi. Tulisan fiksi ini berbentuk cerpen yang singkat. Kumpulan-kumpulan t

Konsumsi Travelling

Sepeda onthel yang disusun berjajar di pelataran museum Fatahillah, kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa (1/7/2014). Sepeda tersebut telah menjadi ikon wisata di kawasan Kota Tua. Penurunan daya beli masyarakat, telah menjadi bahan pemberitaan yang hangat bahkan panas hampir sebagian besar media beberapa bulan lalu, mungkin masih berlanjut sampai catatan ini ditulis. Satu kubu mempercayai bahwa kebijakan pemerintah-lah yang menyebabkan kondisi ini, sedang kubu satunya berpendapat bahwa daya beli masyarakat tidak menurun. Penurunan daya beli dikhawatirkan akan mempengaruhi perekonomian suatu negara. "Lho apa kaitannya isu nasional tersebut dengan tulisan blog yang harusnya berisi tentang mlaku-mlaku  alias jalan-jalan?" Begini lho, paragraf di atas hanya awalan saja, bukan bermaksud pro pada satu kubu atau kubu lainnya. Lanjutannya begini, daya beli masyarakat Indonesia akhir-akhir ini memang menurun, salah satu bukti adalah banyak sektor ritel yang gulung tikar,

Toleransi Untuk Indonesia Kita

Indonesia itu punya titik lemah, dimana titik lemah ini bisa menjadi jalan pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Titik lemah tersebut adalah perbedaan, baik itu perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan, bahkan juga perbedaan dalam pandangan atau pemikiran atas suatu hal. Namun, nyatanya sampai tulisan ini diketik, NKRI masih berbentuk NKRI.  Inilah Indonesia, dalam bentuk NKRI, yang sampai saat ini mampu mengelola perbedaan tersebut. Boleh dikata bahwa Indonesia adalah "satu dalam perbedaan" atau semboyannya Bhinneka Tunggal Ika. Dengan adanya keunikan inilah, Indonesia menjadi percontohan kehidupan berbangsa bagi negara-negara lain di planet bumi ini. Perbedaan tersebut mengerucut ke dalam kesatuan yang dinamakan bangsa, dimana semua bersepakat bahwa hanya ada satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Kemudian perbedaan yang telah melebur ke dalam bentuk satu bangsa tersebut merasa memiliki tanggung jawab terhadap tanah air yang membentang dari Sabang sampai Merau

Negara Mana Yang Kamu Inginkan Untuk Ditinggali Di Masa Depan?

Da Nang, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tengah-tengah negara VietNam dan merupakan kota terbesar ketiga di VietNam setelah Ho Chi Minh City dan Ha Noi sedang hangat menjadi pembicaraan di sejumlah media dalam dan luar negeri, karena di Da Nang tengah diselenggarakan KTT APEC 2017 pada tanggal 10-11 November 2017. Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini dipimpin oleh Presiden RI, Joko Widodo membawa misi berupa penghilangan hambatan nontarif produk-produk Indonesia yang berkontribusi pada pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan, mempersempit kesenjangan ekonomi, serta peningkatan infrastruktur dan mengedepankan maritime based policy  (disadur dari berbagai sumber media nasional). Semoga misi apa pun yang dibawa pemerintah ke forum-forum internasional mendapatkan perhatian dan mendapatkan tempat, sehingga kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan sosial akan meningkat baik di Indonesia, Asia Tenggara, Asia dan juga dunia. Paragraf di atas hanya sekedar pengantar saja

Jalur Pedestrian dan Pejalan Kaki

Suasana hari bebas kendaraan bermotor di Minggu pagi di sepanjang Jalan M.H. Thamrin, Jakarta (14/12/2014). Beberapa waktu lalu, penelitian yang dilakukan oleh salah satu universitas di Amerika Serikat berdasarkan rerata jumlah lagkah kaki harian dari aplikasi penghitung langkah di smartphone  memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki aktivitas fisik (jalan kaki) yang paling rendah dari negara-negara lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia malas berjalan kaki. Menurut Koalisi Pejalan Kaki, kondisi ini lebih disebabkan oleh fasilitas pejalan kaki atau pedestrian seperti trotoar yang kurang memadai kemudian kebijakan mudanya memiliki kendaraan bermotor di negeri ini. Sedangkan berjalan kaki, menurut Koalisi Pejalan Kaki, merupakan salah satu budaya negeri ini, tetapi saat ini perlahan dihilangkan. Dihilangkan oleh siapa?, menurut hemat penulis, dihilangkan oleh penentu kebijakan dan kita sendiri sebagai masyarakat. Misalnya fasilitas pedestrian yang

Menikmati Perjalanan

Seorang tukang ojek sepeda onthel melayani pengguna jasanya di sekitar kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa (28/10/2014).  Perjalanan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu wisata atau  travelling atau nge-trip  atau mlaku-mlaku atau jalan-jalan, apalagi dalam kegiatan backpacker . Menurut hemat penulis, dalam suatu kegiatan wisata, bukan hasil akhir yang terpenting melainkan prosesnya. Proses ini-lah yang menurut bahasa penulis adalah perjalanan. Di dalam perjalanan ini-lah, keberhasilan suatu kegiatan wisata dapat terbentuk. "konkritnya apa sih?" Begini, tentunya, dalam suatu kegiatan wisata atau travelling , sebelum sampai di lokasi wisata yang dituju adalah tahapan yang disebut dengan perjalanan; entah itu dengan berjalan kaki atau bersepeda, mengendarai motor, naik bus, mobil, pesawat atau mobil travel. Apabila perjalanan ini tidak menyenangkan atau menjadi tidak menyenangkan, maka suasana tidak menyenangkan akan segera menghinggapi ketika menjejakkan k

Kita Telah Meng-Indonesia

Indonesia, tentu kita sudah sangat-sangat familiar ketika mendengar dan melihat kata tersebut, dimanapun itu. Tidak lain karena kita memang kebetulan lahir dan hidup di negeri yang bernama Indonesia. Kita yang kebetulan lahir dan hidup di negeri yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau lainnya serta di antara samudera Pasifik dan Hindia ini telah bersepakat pada tahun 1945 untuk meng-Indonesia secara formal dan legal di mata dunia, meskipun beberapa pihak ada yang menyebut baru pada tahun 1949 kita di-Indonesia-kan. Tidak masalah tahun berapa kita meng-Indonesia secara legal, karena juga ada selepas tahun 1949 yang secara formal dan legal meng-Indonesia. Dalam tulisan ini tidak akan diuraikan sejarah seperti itu, karena memang penulis bukan ahli atau pun pengamat sejarah. Namun, penulis ingin menitik beratkan mengenai meng-Indonesia menurut pemahaman penulis yang masih kurang ilmu ini. Indonesia yang saat ini terhampar dari Sabang sampai Merauke, dengan ibukota Jakarta