Langsung ke konten utama

Catatan Photo Book "Jakarta Setelah Hujan"

Photobook atau buku foto merupakan karya seorang fotografer yang berisi kumpulan foto hasil pemotretannya yang dicetak, disusun dengan rangkaian dan desain tertentu serta dapat menggambarkan representasi atau presentasi kumpulan foto tersebut. Penulis berkesempatan untuk merangkai hasil hunting foto di sepanjang Jalan Sudirman Jakarta dan mencetaknya menjadi sebuah buku foto yang berjudul "Jakarta Setelah Hujan".




Buku foto dengan judul "Jakarta Setelah Hujan" merupakan karya buku foto pertama penulis. Buku foto tersebut berisikan kumpulan foto hasil hunting pada hari Sabtu, tanggal 20 Januari 2018. Pada tanggal tersebut, Jakarta sedang dilanda hujan sejak pagi hari. Pengambilan foto dilakukan oleh penulis saat setelah hujan reda, meskipun gerimis masih terjadi. Kumpulan foto tersebut merepresantasikan kondisi sebagian kecil Jalan Jenderal Sudirman sesaat setelah hujan. Kondisi yang penulis maksudkan adalah kondisi keseharian masyarakat urban Jakarta, terutama bagaimana kegiatan masyarakat beserta penunjangnya sesaat setelah hujan. Alasan pemilihan lokasi adalah Jalan Jenderal Sudirman merupakan poros penting perkembangan DKI Jakarta. 




Bagi masyarakat urban Jakarta, hujan sering dipersepsikan negatif; misalnya adalah banjir, genangan, becek dan mengganggu aktivitas harian. Namun, meskipun hujan dipersepsikan negatif oleh mereka, masyarakat urban Jakarta selalu tangguh dalam menghadapi hujan. Hujan merupakan kepastian bagi kota Jakarta dan sekitarnya. Ketangguhan dan kewaspadaan harus selalu diperhatikan bagi semua masyarakat urban Jakarta dan sekitarnya.




Secara kiasan, hujan dalam buku foto ini dimaknai sebagai pembasuh dari hiruk pikuk dan kegaduhan politik selama masa pemilihan gubernur di tahun sebelumnya. Kegaduhan politik yang menurut opini penulis sangat mengancam kehidupan sosial budaya masyarakat Jakarta dan juga Indonesia merupakan rapor merah bagi perkembangan kota Jakarta dan juga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Foto-foto yang diambil sekitar tiga bulan setelah pemenang pemilihan gubernur DKI Jakarta dilantik ini menjadi pengingat bahwa keseharian masyarakat urban Jakarta harus tetap berlanjut, persatuan dieratkan kembali, kedewasaan berpikir dan bertindak harus lebih diutamakan kedepannya. Meskipun penulis masih meyakini bahwa rasa "tidak nyaman" masih dirasakan oleh sebagian masyarakat urban Jakarta. Dalam buku foto, penulis hendak mengkaitkan antara makna sebenarnya dan kiasan dalam gambaran berupa alat pelindung diri berupa jas hujan dan payung yang masih digunakan meskipun kondisi cuaca sudah membaik. Namun, penulis mempersilakan pembaca/penikmat fot untuk mempersepsikan kumpulan foto tersebut.

Kemudian, makna kiasan lainnya dalam buku foto tersebut adalah pengingat kepada pemimpin Jakarta baru untuk terus melanjutkan pembangunan Jakarta, meskipun pembangunan Jakarta sebelumnya dimulai oleh kompetitor atau pun pendukung kompetitor, serta untuk tetap dan terus bekerja demi kemajuan kota, kesejahteraan dan kemyamanan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kota Jakarta. Dalam hal ini, penulis hendak mengkaitkan makna sebenarnya dengan makna kiasan dalam bentuk gambaran kondisi jalanan yang tidak rata sehingga menyebabkan air menggenang, meskipun kondisi yang jamak terjadi di jalanan kota-kota di Indonesia, dalam hal ini terdapat suatu pengharapan bagi pemimpin baru untuk dapat membangun Jakarta lebih baik lagi. Selain itu, terdapat foto kegiatan Pasukan Oranye yang diinisiasi pemimpin sebelumnya untuk terus diperhatikan oleh pemimpin baru, sehingga kota Jakarta benar-benar nyaman baik bagi masyarakatnya maupun masyarakat luar Jakarta. Beberapa foto lainnya menggambarkan pembangunan MRT yang masih berlanjut. Sekali lagi, penulis mempersilakan pembaca/penikmat foto untuk mempersepsikan atau memberikan makna terhadap kumpulan foto tersebut, bahkan penulis sangat berharap terjadinya diskusi.



Buku foto ini penulis susun dan terbitkan secara mandiri dengan bantuan penerbitan mandiri di www.nulisbuku.com dan dapat diperoleh di http://nulisbuku.com/books/view/jakarta-setelah-hujan.


Salam mlaku-mlaku sambil motret ^^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.