Langsung ke konten utama

Ramadhan Di Bangkok

Di setiap tempat atau daerah pasti memiliki tradisi lokal yang berbeda-beda saat bulan Ramadhan. Tradisi atau pun budaya lokal yang berbeda-beda tersebut menjadikan kekhasan tersendiri bahkan juga menjadi unik sehingga menjadikan Ramadhan lebih berwarna-warni. Tradisi dan budaya lokal di setiap daerah/wilayah di nusantara saat bulan Ramadhan tentu hampir mirip satu sama lainnya, bahkan juga di negara manca sekitar negara kita. Seperti yang penulis alami ketika berpuasa di ibukota negeri gajah putih. Umat muslim di Bangkok, Thailand merupakan minoritas, tetapi tradisi lokal-nya menurut penulis telah menjadikan suasana Ramadhan sama meriahnya dengan suasana Ramadhan di tanah air. 

Penulis berkesempatan berpuasa di Bangkok pada bulan Ramadhan tahun 2017 ketika tugas kantor mengharuskan penulis untuk mengikuti sebuah workshop dan seminar di kota itu. Seminar kala itu selesai sekitar pukul 17.00 waktu Thailand (sama dengan Waktu Indonesia Barat), karena sebentar lagi waktunya berbuka puasa, penulis dan beberapa rekan berencana untuk mencari takjil di masjid terdekat lokasi seminar. Berdasarkan pencarian di Google Maps, akhirnya didapatkan masjid terdekat dengan nama Masjid Darul Aman. Masjid ini terletak di Petchaburi Soi 7 atau Soi Surao, dan tidak jauh dari jalan raya Petchaburi. 


Hasil penelusuran melalui Google Maps

Lokasi Masjid Darul Aman dekat dengan MBK Center, Bangkok Art & Culture Centre serta Siam Square


MBK Center Bangkok


Suasana sore di pelataran MBK Center, Bangkok, Thailand


Masjid Darul Aman terletak tidak jauh dari pusat perbelanjaan MBK Center serta Siam Square yang menjadi tempat nongkrong-nya muda-mudi Bangkok. Banyak pilihan transportasi yang bisa digunakan ketika akan menuju ke masjid. Apabila dari MBK Center, kita dapat berjalan kaki atau naik Tuktuk ataupun ojek motor (kita juga dapat menggunakan aplikasi ojek online Grab), serta naik BTS (Bangkok Mass Transit System) atau disebut juga skytrain, dimana stasiun BTS terdekat adalah  Stasiun BTS Ratchatewi. Saat turun dari stasiun, berbelok ke arah kiri dan menyusuri sepanjang Jalan Petchaburi dan kemudian menyeberang melalui jembatan penyeberangan orang (sekitar 3-5 menit dari stasiun).Kedai dan rumah makan halal banyak tersebar di sepanjang Jalan Petchaburi sekitaran masjid. Berikut foto-foto yang dihimpun oleh penulis pada tanggal 19 Juni 2017, tetapi karena penulis lupa membawa kamera digital, maka foto-foto berikut diambil dengan menggunakan kamera HP Asus, sehingga kualitas gambar sangat kurang bagus dan kurang detail. Penulis juga melakukan pengambilan gambar di lokasi lain di Bangkok dengan menggunakan kamera digital yang dapat dilihat di Instagram @mlaku-wae.




Suasana lalu-lintas sore sekitar MBK Center, Bangkok


Suasana sore di sekitar Stasiun BTS Ratchatewi, Bangkok


Menyusuri Jalan Petchaburi (dari arah MBK Center dan Stasiun BTS Ratchatewi)


Suasana Jalan Petchaburi saat sore hari



Bus kota di sekitar Jalan Petchaburi, Bangkok



Bus kota di Bangkok


Menggunakan jembatan penyeberangan untuk menuju Masjid Darul Aman





Tuktuk di sekitar masjid Darul Aman, Jalan Petchaburi, Bangkok




Papan petunjuk arah ke Masjid Darul Aman, Bangkok


Papan tanda di depan jalan masuk Masjid Darul Aman, Bangkok


Masjid Darul Aman, Bangkok, Thailand


Papan yang menceritakan sejarah Masjid Darul Aman


Masjid Darul Aman didirikan oleh komunitas muslim dari Thailand Selatan pada masa Rattanakosin tahun 1882. Di masjid ini, sepanjang bulan Ramadhan menyediakan takjil gratis dimana bermacam-macam makanan ringan ditempatkan pada satu nampan besar, dan satu nampan besar untuk empat orang. Menurut penulis, takjil tersebut lumayan mengenyangkan. Setelah shalat maghrib, berbuka puasa di masjid ini dilanjutkan dengan makan besar secara prasmanan. Uniknya, lauk yang disediakan sangat bervariasi, dimana terdiri dari nasi, daging (ayam dan kambing/sapi) serta sayur (berkuah atau pun tidak). Waktu itu penulis berpikir "boleh juga kalau berkunjung ke Bangkok waktu bulan Ramadhan, dijamin hemat plus ngirit", hehe.



Suasana menanti waktu berbuka puasa, yang saat itu sekitar 5 menit menjelang berbuka


Menu takjil di Masjid Darul Aman, Bangkok


Suasana interior Masjid Darul Aman, Bangkok


Makan besar di Masjid Darul Aman, Bangkok

Rupa-rupa sosial budaya dan tradisi lokal yang mewarnai Ramadhan memang menarik untuk kita telusuri dan kita catat dalam suatu tulisan dan gambar foto. Karena sebentar lagi hari raya Idul Fitri, akhir kata penulis mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriah, Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin. Sebelum mengakhiri tulisan singkat ini, mari kita terus jalan-jalan sambil mencatat dan memotret sosial budaya, tradisi lokal, dan keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Salam mlaku-mlaku,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa