Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto.
Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap. Tidak hanya itu saja, ketiadaan film developer tank menjadikan sebuah toples bekas permen dipakai untuk menggantikannya.
Langkah pertama kali yang penulis lakukan adalah membuat larutan developer, dimana penulis menggunakan Superbroom yang sebenarnya digunakan untuk develop film dan paper black and white. Kemudian diikuti pembuatan larutan fixer, dimana penulis menggunakan Hypofixer yang diperoleh dari acara Low Light Bazar di Jakarta. Setelah semua persiapan selesai, penulis langsung melakukan kegiatan develop film dimana diawali dengan mengeluarkan film dari canister dengan cara sederhana (akan ditulis di tulisan berikutnya). Waktu develop yang penulis lakukan adalah selama 5 menit dengan agitasi berupa dikocok-kocok, kemudian dilakukan pembilasan dengan air biasa dan kemudian film direndam dengan larutan fixer selama 10 menit. Setelah film terproses sempurna, kemudian dilakukan scan menggunakan aplikasi Pictoscanner di smartphone Android yang dapat diunduh di Google Play, dan kemudian diedit menggunakan Photoshop untuk merubah level. Berikut adalah hasil develop sendiri dan pertama kali.
Dari kelima gambar hasil develop, dapat dibilang hasilnya sangat jauh dari lumayan alias masih sangat-sangat kurang alias jelek banget. Beberapa analisa penulis terkait hasil gambar di atas adalah kemungkinan larutan developer yang terlalu encer, kemungkinan tidak semua bagian seluloid film terkespose larutan developer dengan kadar yang sama, waktu develop yang kurang lama, agitasi yang kurang, serta penulis melewatkan larutan stopbath yang seharusnya dapat dibuat menggunakan cuka makan. Namun, hasil yang tidak bagus ini menjadikan penulis untuk terus belajar mengenai fotografi film atau analog dan teknik develop film yang baik dan benar.
Salam mlaku-mlaku,
Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap. Tidak hanya itu saja, ketiadaan film developer tank menjadikan sebuah toples bekas permen dipakai untuk menggantikannya.
Langkah pertama kali yang penulis lakukan adalah membuat larutan developer, dimana penulis menggunakan Superbroom yang sebenarnya digunakan untuk develop film dan paper black and white. Kemudian diikuti pembuatan larutan fixer, dimana penulis menggunakan Hypofixer yang diperoleh dari acara Low Light Bazar di Jakarta. Setelah semua persiapan selesai, penulis langsung melakukan kegiatan develop film dimana diawali dengan mengeluarkan film dari canister dengan cara sederhana (akan ditulis di tulisan berikutnya). Waktu develop yang penulis lakukan adalah selama 5 menit dengan agitasi berupa dikocok-kocok, kemudian dilakukan pembilasan dengan air biasa dan kemudian film direndam dengan larutan fixer selama 10 menit. Setelah film terproses sempurna, kemudian dilakukan scan menggunakan aplikasi Pictoscanner di smartphone Android yang dapat diunduh di Google Play, dan kemudian diedit menggunakan Photoshop untuk merubah level. Berikut adalah hasil develop sendiri dan pertama kali.
Dari kelima gambar hasil develop, dapat dibilang hasilnya sangat jauh dari lumayan alias masih sangat-sangat kurang alias jelek banget. Beberapa analisa penulis terkait hasil gambar di atas adalah kemungkinan larutan developer yang terlalu encer, kemungkinan tidak semua bagian seluloid film terkespose larutan developer dengan kadar yang sama, waktu develop yang kurang lama, agitasi yang kurang, serta penulis melewatkan larutan stopbath yang seharusnya dapat dibuat menggunakan cuka makan. Namun, hasil yang tidak bagus ini menjadikan penulis untuk terus belajar mengenai fotografi film atau analog dan teknik develop film yang baik dan benar.
Salam mlaku-mlaku,
Komentar
Posting Komentar