Langsung ke konten utama

Teroris Ancaman Kita Bersama


Tahun 2018 disebut-sebut menjadi tahun panas, panas bukan dari perubahan musim yang “aneh” ini, melainkan di tahun ini merupakan tahun politik. Disebut tahun politik karena terdapat banyak even pilkada dan juga merupakan masa menjelang pemilu dan pilpres 2019. Menurut hemat penulis, suasana tahun ini terlihat panas akibat massa pendukung saling tidak mengedepankan kesantunan baik di media sosial maupun di dunia nyata. Suasana yang panas, karena iklim politik dan musim kemarau tahun ini bertambah ketika terjadi kericuhan napi teroris, kemudian disusul teror bom di Surabaya.

Dalam satu hari terdapat lebih dari satu serangan teroris bermediakan bom di satu kota, Surabaya. Tindakan seperti itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang keji dan mungkin punya kelainan psikopat. Ijinkan penulis ikut mengutuk kebiadaban para pelaku teror bom tersebut. Sampai tulisan kecil ini dibuat, penulis belum mendapatkan berita mengenai motif atau pesan apa yang disampaikan oleh pelaku teror. Namun, mungkin juga mereka hendak memberi pesan bahwa jaringan teror masih berkeliaran di bumi Nusantara ini.

Fakta mengatakan bahwa setiap pelaku teror (bermediakan bom) beragama Islam tidak bisa terbantahkan. Mereka beragama tetapi menyalahgunakan agama. Tulisan kecil ini bukan berarti menyudutkan agama Islam, karena penulis sangat meyakini Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin, Rahmat yang sifatnya universal, bukan hanya bagi pemeluknya saja. Dengan adanya fakta tersebut, bahkan dipertegas oleh mantan napi teroris bom yang sudah kembali ke jalan yang benar, maka diperlukan sebuah pemikiran mendalam oleh kita, sebagai umat Islam, atau otokritik, sudah benarkah kita memahami dan menerapkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Pemikiran penulis melayang sekitar beberapa tahun lalu dimana penulis pernah mengingatkan seorang kawan untuk berhati-hati memilih “pengajian”, karena bukan Islam ajaran Rosulullah yang Rahmatan Lil Alamin yang didapat melainkan Islam yang menyimpang yang suka meneriakkan “bunuh, darahnya halal dan thagut” yang akan mendarah daging. Mengerikan sekali, padahal darah dan bunuh bukannya mainan iblis?

Hemat penulis, mereka para pelaku bom dikabarkan tergabung dengan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS yang notabene menurut penulis adalah kelompok yang mengatasnamakan Islam (khilafah berbasia Islam) yang sangat-sangat menyimpang, dan masih banyak lagi anggota mereka yang siap melakukan hal serupa maka perlu lah dari kita sebagai umat beragama dan bagian dari bangsa Indonesia untuk terus waspada. Menurut hemat penulis lagi, ISIS beserta kelompok lokalnya (para teroris) bukanlah ancaman kriminal biasa melainkan ancaman terhadap kedaulatan negara, oleh karena itu mohon supaya Pemerintah merampungkan RUU Anti-Terorisme. Juga penulis berharap, pemerintah dan juga wakil rakyat sekiranya dapat mencontoh Presiden Duterte, dimana dapat mengesampingkan HAM dalam mengatasi terorisme seperti ini, karena pemberantasan terorisme sejatinya menyelamatkan jutaan HAM warga negara. Selain itu, kita sebagai umat Islam sudah sepantasnya mengevaluasi apakah di sekitar kita banyak ujaran ataupun ajaran yang memberi celah terhadap calon pelaku teror, baik itu datangnya dari kita sebagai umat ataupun yang mengatasnamakan diri sebagai “ulama”.

Salam,
Penulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa