Langsung ke konten utama

Yang Penting Matanya

Fotografi adalah seni, entah itu bagian atau keseluruhannya bernafaskan seni. Dalam tulisan singkat ini, penulis tidak akan menguraikan panjang lebar mengenai keterkaitan antara fotografi dan seni, serta tidak juga menguraikan panjang lebar mengenai teknik-teknik fotografi yang berkaitan dengan seni. Karena memang sudah banyak ahli mengenai hal tersebut dan mengingat penulis bukanlah ahli fotografi. 

Dalam tulisan singkat ini, penulis ingin berbagi pengalaman mengenai memotret satwa atau hewan. Hewan merupakan makhluk hidup, seperti halnya kita, manusia. Mereka mempunyai alat gerak dan naluri untuk bergerak dan terkadang tidak bisa kita atur. Awal memotret hewan atau satwa, penulis selalu saja mendapatkan hasil yang tidak fokus alias blur. Susah memang, apalagi ketika kita menggunakan lensa manual yang fokusnya harus kita atur secara manual.

Nah, di sini lah letak tantangan memotret satwa, yakni ketika menggunakan lensa manual dan satwa/hewan objek foto bergerak sana-sini. Kesabaran dan kejelian membaca tingkah laku hewan/satwa merupakan salah satu cara ampuh mendapatkan foto satwa yang tidak nge-blur. Kemudian, yang paling utama adalah fokus lensa kamera harus dan wajib dijatuhkan pada mata hewan/satwa. 

Ya, yang penting matanya, bagian tubuh yang lainnya tidak begitu penting. Itu lah yang penulis selalu pegang ketika memotret satwa/hewan. Kemudian, ketika fokus sudah jatuh ke mata dan berhasil mengunci gerak si hewan, maka tahan napas ketika memencet setengah tombol shutter, kemudian jika sudah yakin maka pencet seluruh tombol shutter sambil keluarkan napas. Kemudian jadi lah selembar foto satwa yang oke. 

Berikut penulis post juga contoh-contoh foto satwa/hewan yang fokus jatuh pada mata si hewan. Foto-foto lainnya bisa ditelusuri di galeri foto www.fotokabar.com atau instagram @wirakid 


Dipost juga di www.fotokabar.com
Dipost juga di www.fotokabar.com

Dipost juga di www.fotokabar.com

Apapun kameranya, mari kita memotret, dan lebih sehat lagi memotret sambil berjalan kaki.

Salam mlaku-mlaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa