Langsung ke konten utama

Negara Mana Yang Kamu Inginkan Untuk Ditinggali Di Masa Depan?

Da Nang, sebuah kota pelabuhan yang terletak di tengah-tengah negara VietNam dan merupakan kota terbesar ketiga di VietNam setelah Ho Chi Minh City dan Ha Noi sedang hangat menjadi pembicaraan di sejumlah media dalam dan luar negeri, karena di Da Nang tengah diselenggarakan KTT APEC 2017 pada tanggal 10-11 November 2017. Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini dipimpin oleh Presiden RI, Joko Widodo membawa misi berupa penghilangan hambatan nontarif produk-produk Indonesia yang berkontribusi pada pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan, mempersempit kesenjangan ekonomi, serta peningkatan infrastruktur dan mengedepankan maritime based policy (disadur dari berbagai sumber media nasional). Semoga misi apa pun yang dibawa pemerintah ke forum-forum internasional mendapatkan perhatian dan mendapatkan tempat, sehingga kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan sosial akan meningkat baik di Indonesia, Asia Tenggara, Asia dan juga dunia.


Paragraf di atas hanya sekedar pengantar saja lantaran sedang marak pemberitaan mengenai kota Da Nang, sehingga tulisan ini terlahir. Mendengar kata Da Nang, penulis teringat seorang kawan yang tinggal di sana, karena memang berkewarganegaraan VietNam. Beberapa tahun lalu, kalau tidak salah ingat sekitar tahun 2010-an, kawan tersebut melontarkan sebuah pertanyaan dalam bahasa Inggris yang kalau tidak salah berbunyi "negara mana yang kamu inginkan untuk ditinggali di masa depan dan apa alasannya?"


Menurut penulis, negara yang menyenangkan untuk ditinggali adalah negara yang mengedepankan keadilan sosial untuk masyarakatnya serta memiliki semangat untuk maju, plural dan bertoleransi tinggi, serta tidak terombang-ambing oleh politik, apalagi politik identitas seperti yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Poin-poin yang penulis kemukakan mengenai negara yang menyenangkan tersebut sesuai dengan pemikiran kawan tersebut. Namun, untuk nama negaranya apabila disuruh untuk memilih, penulis tidak begitu berani memaparkannya, karena kemungkinan besar tidak ada negara se-ideal seperti yang penulis kemukakan. Bisa jadi saat ini seperti "ini", ternyata besok berubah jadi "itu".


Kawan tersebut menyebutkan negara tertentu yang ingin ditinggalinya di masa depan tentunya dengan beberapa alasan yang mendasarinya, dimana negara yang disebutkannya menurut penulis merupakan salah satu negara maju. Kemudian ketika penulis menanyakan bagaimana dengan Indonesia sendiri?



Sejumlah masyarakat mengunjungi Monas atau Monumen Nasional, Jakarta, Kamis (29/2/2015).


Tidak pernah terpikirkan di benaknya untuk hidup di Indonesia. Alasannya cukup sederhana, Indonesia sepertinya akan terombang-ambing pada politik dalam negerinya sendiri terutama politik identitas. Memang, akhirnya pernyataan kawan tersebut semakin nyata terlihat, dimana semakin ke depan, Negara Kesatuan Republik Indonesia terombang-ambing oleh politiknya sendiri, bahkan politik identitas yang mengkhawatirkan. Menurut penulis, kondisi ini berbeda dengan VietNam saat ini, dimana menurut penelusuran dan opini penulis, VietNam semakin menyenangkan untuk ditinggali. Mungkin jika pertanyaan "negara mana yang kamu inginkan untuk ditinggali di masa depan?" ditanyakan ulang kepada kawan tersebut, maka penulis yakin beliau akan menjawabnya VietNam.


Lantas apakah Indonesia semiris itu?, tidak juga, tinggal implementasi poin-poin di Pancasila. Ibarat sepiring masakan, negara ini sudah mempunyai bahan dasarnya, tinggal meramunya maka akan jadi sebuah negara yang menyenangkan untuk ditinggali. 


Yuk kita ramu Indonesia menjadi negara yang sangat menyenangkan lagi, bagi yang berpolitik, maka berpolitiklah secara santun. Tentunya jangan lupa jalan-jalan dan memotret.


Salam mlaku-mlaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa