Langsung ke konten utama

Menikmati Perjalanan

Seorang tukang ojek sepeda onthel melayani pengguna jasanya di sekitar kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa (28/10/2014). 

Perjalanan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu wisata atau travelling atau nge-trip atau mlaku-mlaku atau jalan-jalan, apalagi dalam kegiatan backpacker. Menurut hemat penulis, dalam suatu kegiatan wisata, bukan hasil akhir yang terpenting melainkan prosesnya. Proses ini-lah yang menurut bahasa penulis adalah perjalanan. Di dalam perjalanan ini-lah, keberhasilan suatu kegiatan wisata dapat terbentuk.

"konkritnya apa sih?"

Begini, tentunya, dalam suatu kegiatan wisata atau travelling, sebelum sampai di lokasi wisata yang dituju adalah tahapan yang disebut dengan perjalanan; entah itu dengan berjalan kaki atau bersepeda, mengendarai motor, naik bus, mobil, pesawat atau mobil travel. Apabila perjalanan ini tidak menyenangkan atau menjadi tidak menyenangkan, maka suasana tidak menyenangkan akan segera menghinggapi ketika menjejakkan kaki di lokasi wisata yang dituju. Bahkan boleh dibilang, kegiatan wisata menjadi tidak bermakna sama sekali. Tentunya kondisi seperti ini menjadi sangat menyedihkan bagi pasangan yang mengadakan suatu kegiatan wisata.

"Lantas, apakah gara-gara bus yang jelek, suka mogok dan bau apek , atau sepeda yang rantainya kendor-kah yang menjadikan perjalanan suatu travelling tidak menyenangkan?"

Bukan itu maksudnya, bus atau kendaraan yang jelek bukanlah faktor yang menjadikan suasana perjalanan tidak menyenangkan, atau sandal yang jebol di tengah jalan bukanlah menjadikan perjalanan tidak mengasyikkan. Perjalanan yang tidak menyenangkan lebih disebabkan oleh para pelaku proses perjalanan tersebut. Utamanya adalah kita sebagai pelaku perjalanan tidak menghargai dan menikmati proses, misalnya adalah ketika kita mengadakan suatu kegiatan travelling, salah satu dari kita hanya asyik dengan gadget atau dirinya sendiri. Kondisi seperti ini penulis sebut sebagai tindakan yang tidak menghargai suatu perjalanan atau boleh dikata tidak berniat terhadap suatu kegiatan travelling yang bernilai, atau bahkan yang bersangkutan tidak menikmatinya. Menurut hemat penulis, lebih baik mengadakan travelling seorang diri daripada bersama dengan seseorang yang tidak menghargai atau menikmati atau pun tidak berniat terhadap suatu perjalanan.

Bus atau kendaraan yang jelek atau tidak layak justru bisa menjadikan perjalanan terasa menyenangkan, karena kondisi seperti ini menjadikan para pelaku perjalanan travelling dapat bercerita lebih bahkan dapat lebih mengenal lokasi-lokasi yang dilaluinya. Mengabadikan setiap perjalanan dengan sebuah kamera, entah menjadi sebuah foto atau pun video, juga merupakan salah satu cara menikmati perjalanan. Saling menceritakan lokasi-lokasi yang dilewati juga dapat menghidupkan suasana perjalanan travelling. Kegiatan-kegiatan perjalanan semacam ini-lah dapat memunculkan sebuah cerita perjalanan yang bisa memperkaya dunia travelling di negeri kita ini.

Salam mlaku-mlaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa