Langsung ke konten utama

Petualangan Ngopi #1 : Kopi Cupu


"Awali hari dengan ngopi",

Kalimat di atas bukanlah quote dari siapa-siapa melainkan keluar dari pemikiran penulis sendiri, memang sih kalimat tersebut sering terdengar, tapi penulis belum pernah mengetahui pastinya siapa yang mengeluarkan quote tersebut ^^

Daripada berumit-rumit ria memikirkan siapa yang ber-quote atau quote apa yang tepat tentang kopi, pembuatan dan meminumnya; marilah kita ngopi saja.

Sambil menyeruput secangkir kopi, marilah juga kita menulis blog. Baiklah, tulisan ini penulis berikan judul utama "Petualangan Ngopi" dan anak judul "Kopi Cupu".

"Lho maksud sampeyan opo tho?"

Tulisan ini intinya mengenai the adventure of ngopi, dimana di jilid pertama (karena mungkin nanti akan berjilid-jilid) akan berisikan tulisan opini mengenai kopi cupu. Istilah kopi cupu hanya buatan penulis sih intinya ^^

"Opo meneh kopi cupu iku?"

Begini, kopi cupu hanya istilah di tulisan blog ini dan buatan penulis belaka, jadi jangan dibawa kemana-mana. Tentunya banyak dari kita yang sangat menyukai kopi, bahkan bisa dibilang penyuka kopi mempunyai rentang umur yang lebar, yakni mulai dari usia remaja sampai orang tua. Namun, apakah semua yang dikategorikan sebagai "penyuka" kopi tersebut benar-benar menyukai dan menikmati kopi yang bisa dikatakan "asli". Mungkin jawabannya agak susah ya, mengingat akses kita terhadap konsumsi kopi "asli" yang berkualitas sangat terbatas bahkan susah. Padahal Indonesia termasuk salah satu surganya kopi.

Ya, Indonesia sebenarnya mempunyai beragam kopi dengan karakteristik dan cita rasa khas yang berbeda-beda antar daerah. Misalnya saja kopi di pulau Sumatera akan berbeda cita rasanya dengan kopi yang ada di Indonesia Timur, padahal sama-sama jenis arabica. Sungguh menakjubkan bukan.

Meskipun Indonesia bisa dibilang surganya kopi, tetapi banyak dari kita yang tidak mengetahuinya, karena ya itu tadi seperti di paragraf atas, terbatas dan susahnya akses terhadap kopi "asli".

"Kok bisa terbatas dan susah?"

Itu menurut penulis sih, menurut hemat penulis, kopi-kopi yang bisa dikatakan asli nan berkualitas masih susah ditemui di pasaran umum dan juga harganya yang terbilang tidak murah. Akibatnya sebagian besar dari kita mengkonsumsi kopi alakadarnya atau kopi campuran atau kopi essence atau kopi instan. Nah inilah yang penulis suka bilang kopi cupu, hehe. Meskipun penulis juga sangat menyukainya, hehe.

"Memangnya kenapa kalau kita mengkonsumsi kopi cupu?"

Mengkonsumsi kopi tersebut oke-oke saja kok, ga ada salahnya juga. Namun, menurut hemat penulis, terlalu sering mengkonsumsi kopi cupu membuat kita kurang bisa menikmati cita rasa kopi-kopi "asli" dan juga gula yang menjadi campuran kopi cupu agak kurang baik bagi kesehatan, apalagi yang memiliki penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolisme lainnya. Apalagi biasanya rasa kopi yang ada di kopi cupu adalah essence kopi. Namun, semua diserahkan ke selera masing-masing. 

Kopi sendiri sebenarnya mempunyai khasiat bagi tubuh, menurut Gokcen dan Sanlier di dalam jurnal Critical Reviews in Food Science and Nutrition tahun 2017, khasiat kopi disebabkan oleh senyawa bioaktif yang dikandungnya. Senyawa tersebut diantaranya adalah kafein, chlorogenic acid dan diterpenoid alcohol. Kafein berkhasiat terhadap penurunan perkembangan penyakit neurodegeneratif atau penurunan fungsi saraf, kemudian chlorogenic acid berperan sebagai antioksidan. Selain itu, menurut Mellbye dkk dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Natural Products tahun 2017, menunjukkan bahwa cafestol yang merupakan senyawa bioaktif dari kopi berpotensi sebagai anti-diabetes, tetapi penelitian tersebut baru sebatas di tingkat sel dan hewan laboratorium. Selain khasiat untuk kesehatan, kopi juga memiliki efek buruk dari kandungan diterpenoid alcohol, dimana senyawa tersebut dapat mempengaruhi sistem peredaran darah dan jantung. 

Kemudian apakah hasil riset terhadap khasiat kopi tersebut sudah final, jawabannya menurut hemat penulis adalah belum, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang, bisa jadi saat ini dianggap berbahaya tetapi di kemudian hari ternyata berkhasiat untuk kesehatan, atau bahkan sebaliknya. Terlepas dari khasiat yang positif dan negatif, ritual ngopi dari biji kopi asli sangat dan lebih menyehatkan daripada ngopi dengan kopi cupu. Gulanya itu lho, yang lumayan berefek ke kesehatan kita. Dalam artikel oleh Lee dkk yang dipublikasikan di jurnal Aging Cell pada tahun 2015, glukosa atau gula dapat mempercepat penuaan di mamalia. Jadi jika ingin awet muda, mari kita mengurangi konsumsi gula dan konsumsi antioksidan. Antioksidan banyak terdapat di biji kopi lho.

Sehabis menyeruput secangkir kopi dan sedikit menulis, mari saatnya kita jalan-jalan (jalan-jalan dengan kaki lho ya), sambil motret lebih mantab.

Salam mlaku-mlaku 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa