Langsung ke konten utama

Merekam Sosial-Budaya Masyarakat Di Sekitar Kita

Ketika kita membuka instagram dan menemukan banyak akun yang memajang foto-foto travelling, maka tiba-tiba terbersit bahwa fotografi dan travelling adalah dua hal yang tengah naik daun. Apalagi kamera sudah tertanam di gadget yang hampir setiap orang mempunyainya, yakni handphone terutama smartphone; sehingga kapanpun, dimanapun, dan apapun aktivitasnya akan dapat terekam dan terunggah ke media sosial. Sehingga secara tidak sadar, konten yang diunggah itu pun akan dapat mempengaruhi orang lain.

Memotret sambil jalan-jalan atau jalan-jalan sambil memotret memang kegiatan yang sangat mengasyikkan. Secara tidak langsung kegiatan ini dapat menjadi ajang promosi suatu tempat wisata (lama ataupun baru), ini dapat dikategorikan sebagai efek positif. Sedangkan efek negatifnya adalah, budaya konsumerisme bahkan hedonisme secara sembunyi-sembunyi dapat menyelinap di hati para anak muda. Lho apa maksudnya? 
Maksudnya kegiatan travelling dan fotografi identik dengan kegiatan anak-anak muda jaman sekarang, adanya sesuatu yang katakanlah "viral" mengenai ini, maka berbondong-bondong-lah para anak muda membelanjakan uangnya untuk ini (membeli kamera terbaik, tiket perjalanan, peralatan travelling, dll).
Namun, kondisi seperti ini tidak bisa semena-mena dijustifikasi demikian, karena kedinamisan kehidupan, hehehe.

Lho kok?
Ya siapa tahu, meskipun konsumerisme meningkat, ternyata mereka mampu menghasilkan karya yang bagus dan menkajubkan.

Balik lagi ke cerita, hehehehe.
Indonesia sangatlah luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke, sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga muda yang dinamis dan idealis untuk mengeksplorasi dan merekam, serta menunjukkan pada dunia bahwa negara kita mempunyai kawasan-kawasan yang patut diacungi jempol. Mungkin secara tidak langsung akan meningkatkan angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, sehingga secara tidak langsung, mereka membantu program Kementerian Pariwisata.

Satu lagi yang belum banyak dijajaki oleh kaum muda adalah fotografi dengan genre street photography dan human interest photography yang dipadukan dengan travel photography dan kegiatan travelling atau jalan-jalan atau nge-trip. Menurut penulis, kegiatan ini sejatinya akan memberikan nilai tambah yang lebih ketimbang hanya memotret tempat wisata semata. Dengan genre fotografi seperti di atas, maka keunikan negeri kita akan dilihat dunia. Negeri kita sangatlah unik dalam hal sosial-budaya masyarakat. Dimulai dari kita untuk mengeksplorasi keunikan sosial-budaya masyarakat di daerah kita sendiri, maka jalan-jalan yang kita lakukan akan lebih bermakna.


Aktivitas petani di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

Petani di Kabupaten Rembang membawa rumput untuk diberikan kepada ternaknya.


Misalnya foto di atas, yang penulis ambil di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Selama ini Kabupaten Rembang banyak dikenal sebagai kawasan bahari, tetapi tidak jauh dari laut, bisa dijumpai kehidupan agraris. Mungkin hal ini selain bernilai mengenalkan keunikan Kabupaten Rembang dari sisi sosial-budaya masyarakat, juga suatu saat nanti mungkin bisa menambah pengetahuan mengenai "teknik pertanian" di wilayah tersebut.

Yuk mari kita jalan-jalan sambil menenteng kamera dan rekam semua yang unik di sekitar tempat tinggal kita. Kamera tidak harus yang mahal, kamera HP pun jadi, hehe. Sebarkan foto-foto unik tersebut ke media sosial supaya dunia melihat keunikan negeri kita tercinta ini.

Sumber foto : www.fotokabar.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa