Langsung ke konten utama

Birdwatching, Kegiatan Menyenangkan yang Belum Banyak Dikenal Orang

"Bahagia itu sederhana, ambil binokuler dan carilah burung, nikmati burung-burung liar di alam bebas".

Ya, inilah salah satu kegiatan yang sebenarnya bisa membuat kita menjadi rileks dan kreatif, namun sering dianggap sebagai kegiatan yang remeh-temeh oleh banyak orang. Kegiatan menyenangkan ini disebut sebagai birdwatching atau pengamatan burung, dengan para pelakunya disebut sebagai birdwatcher.

Kegiatan ini sangatlah menyenangkan dan tidak melulu dilakukan di tempat-tempat khusus dengan peralatan yang istimewa dan mahal. Mungkin anggapan sebagian masyarakat, birdwatching hanya bisa dilakukan di hutan-hutan yang masih perawan dan dilakukan oleh orang-orang ahli dengan peralatan mahal. Bahkan ada juga yang menganggap sebagai kegiatan yang menyita waktu tanpa membuahkan hasil ekonomi.

Anggapan-anggapan tersebut tidaklah benar, karena birdwatching lebih dari kegiatan yang sangat mengasyikkan dan menyenangkan, tidak mengenal kelas sosial, dan bisa membuat kita lebih kreatif. Silakan dicoba, ambil binokuler atau jika tidak punya silakan menggunakan indera mata kita dan mulailah dari halaman rumah kita sendiri, temukan dan lihatlah burung-burung liar, amati betapa indah dan cantik makhluk ciptaan Tuhan itu. Sangat sederhana dan menyenangkan bukan.

Birdwatching bisa dilakukan di mana saja, karena burung ada dimana-mana. Mulai dari daerah kutub sampai tropis, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah, mulai dari daratan sampai lautan, serta mulai dari hutan perawan sampai kota besar semuanya terdapat burung liar.

Jadi tidak ada alasan untuk bilang "tidak ada burung".

Apa sih untungnya mengamati burung liar?, jawabnya adalah banyak sekali keuntungan yang bisa kita peroleh melalui kegiatan ini, bisa kita jadikan sebagai kegiatan ekowisata di tengah kesibukan kita, bahkan apabila anda hidup di perkotaan dengan waktu refreshing yang terbatas, maka kegiatan ini akan sangat berguna sekali menyegarkan tubuh dan pikiran kita.

Keuntungan yang lainnya tentulah sebagai data ilmiah mengenai jenis-jenis burung di suatu wilayah, bahkan apabila kita menemukan jenis burung langka, maka data kita bisa dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan kebijakan tata ruang atau bahkan status konservasi suatu wilayah. Keuntungan lainnya adalah kegiatan ini bisa dijadikan sebagai kegiatan wisata olahraga, karena kita akan berjalan untuk mengamati burung, sungguh menyehatkan bukan.

Keuntungan lain lagi adalah sebagai sarana edukasi, dimana kita bisa mengenalkan lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati wilayah kita kepada anak-anak. Keuntungan lain lagi adalah jika anda merupakan seorang seniman, maka birdwatching akan sangat menginspirasi anda untuk menciptakan karya-karya kreatif. Terdapat juga keuntungan sosial, terutama ketika kita ber-birdwatching dengan kelompok dan ketika kita mengunjungi pedesaan. Keuntungan lain lagi adalah jika kita mempunyai hobi fotografi, maka kita akan memperoleh gambar-gambar burung liar yang bagus. Disamping itu, masih banyak keuntungan-keuntungan lain dalam kegiatan birdwatching ini. Silakan mencoba !!!

Luangkan waktu di pagi hari atau sore hari atau keduanya. Birdwatching idealnya bisa dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.00 - 10.00 dan sore hari antara pukul 15.00 - 18.00. Hal ini karena burung-burung liar akan aktif beraktifitas pada jam-jam tersebut dan akan menyebar diantara pepohonan atau tetanaman, sehingga mudah ditemukan dan diamati.

Sebenarnya setiap waktu pasti terdapat burung liar, tetapi jika siang hari, kita akan kesulitan menemukan dan mengamati burung liar, begitu pula jika malam hari. Mulailah dari halaman sekitar rumah kita, berjalan menyusuri jalan di sekitar rumah kita, dan di taman sekitar rumah kita, bisa kita lakukan setiap hari sebelum berangkat bekerja dan sepulang bekerja.

Jika kita mempunyai waktu luang yang banyak, maka kita bisa mengunjungi hutan kota, pedesaan, persawahan, pinggiran sungai, pantai dengan mangrove, bahkan jika kita mau kita bisa ber-birdwatching di cagar alam ataupun taman nasional dengan hutan yang masih perawan. Sungguh menarik bukan. Alat pun tidak perlu mahal-mahal. Idealnya dalam ber-birdwatching dibutuhkan binokuler atau teropong, buku panduan mengenai jenis-jenis burung (yang sering dipakai adalah buku panduan lapang karya MacKinnon), buku catatan dan alat tulis.

Namun, jika kita tidak memiliki binokuler, kita bisa menggunakan indera mata kita terlebih dahulu. Dan apabila kita tidak mempunyai buku panduan jenis-jenis burung, kita dapat membuat sketsa burung tersebut di buku catatan kecil kita, kemudian mencocokkannya melalui internet atau dengan menanyakan kepada kelompok atau forum birdwatching. Di buku catatan, bisa kita tuliskan apapun mengenai perjumpaan kita dengan burung liar, diantaranya adalah waktu perjumpaan, jenis burung, jumlah burung yang dijumpai, vegetasi (jenis pohon atau tanaman) yang ditempati burung yang kita jumpai, strata vegetasi (misalnya burung tersebut menempati pohon bagian atas, tengah, bawah, ataukah tanah), cuaca saat pengamatan burung, serta aktivitas burung tersebut (misalnya bertengger, menelisik bulu, makan, bersuara, terbang, ataukah melayang). Sungguh mengasyikkan bukan.

Apabila kita mempunyai kamera, maka kegiatan birdwatching akan sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Saat ini banyak sekali situs di internet mengenai birdwatching dan wild bird photography. Melalui situs tersebut, kita bisa membagi pengalaman kita dan juga men-share foto-foto burung liar yang kita peroleh. Bahkan, jika terdapat kompetisi fotografi, karya foto burung liar yang kita peroleh bisa kita ikutkan. Menarik bukan. Yuk kita galakkan birdwatching di semua kalangan, karena kegiatan ini akan sangat membantu menjaga kelestarian keanekaragaman hayati negeri kita. Birdwatching adalah kegiatan yang lebih humanis daripada memelihara burung di dalam sangkar.

Artikel singkat ini ditulis di Kompasiana pada bulan Maret 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa