Langsung ke konten utama

Birdwatching di Taman Nasional Bali Barat

Indonesia begitu kaya akan flora dan fauna, terutama satwa burung. Menurut IUCN tahun 2008, Indonesia mempunyai 1539 jenis burung dan 381 jenis merupakan jenis yang endemik atau hanya ada di negri kita. Begitu kayanya negri kita akan satwa burung, sampai-sampai kita tidak pernah sadar kalau di sekitar tempat tinggal kita juga terdapat jenis-jenis burung yang masuk dalam 1539 jenis burung negri kita, hehe. Berjenis-jenis burung yang berseliweran di sekitar kita sebaiknya dapat dijadikan alternatif wisata alam yang sangat murah, atau lebih tepatnya wisata mengamat burung-burung liar atau juga disebut birdwatching. 

Namun, adakalanya birdwatching juga tidak murah, misalnya ketika kita benar-benar berniat "berburu" burung-burung cantik nusantara, maka kita pun akan mencoba "memburunya" di kawasan-kawasan yang terkenal banyak satwanya misalnya cagar alam atau taman nasional. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman perdana birdwatching atau mengamati burung di Taman Nasional Bali Barat. Kawasan ini menyuguhkan tipe hutan kering dengan beragam jenis burung. Burung-burung yang dijumpai di kawasan ini mayoritas adalah jenis yang sama dengan jenis burung di Pulau Jawa, tetapi ada satu burung yang hanya terdapat di Bali atau endemik pulau Bali, tepatnya hanya di Bali bagian barat, burung itu bernama latin Leucopsar rothschildi atau yang lebih dikenal sebagai jalak bali atau curik bali atau jalak putih bali. 

Jangan harap menjumpai burung jalak bali di pinggiran kawasan Taman Nasional Bali Barat, karena jumlah jalak bali di alam sudah sangat menipis, kemungkinan sekitar 30 ekor. Untuk dapat melihat jalak bali di alam liar, maka sebaiknya pengamatan dilakukan di dalam kawasan taman nasional, tentu saja dengan pemandu dari taman nasional. Kalaupun tidak menjumpai jalak bali yang bertengger di ranting-ranting pohon, birdwatcher dapat menemukan berjenis-jenis burung lainnya yang tidak kalah menarik dengan mudah karena kawasan ini mayoritas berupa hutan dengan pohon-pohon rendah/semak-semak, sehingga burung pun mudah terlihat. Selain burung, beberapa satwa yang juga ikut meramaikan suasana pengamatan adalah muncak, rusa, monyet ekor panjang, babi hutan, dan lutung. 

Namun, jika seharian belum juga menemukan sang burung endemik, birdwatcher dapat "mengamatinya" di kubah burung di resort Teluk Brumbun kawasan TNBB dan juga dapat mengunjungi pusat penangkaran jalak bali di Tegal Bunder, TNBB. Di lokasi pusat penangkaran terdapat sekitar 80 ekor burung jalak bali. 

Salam Lestari !!!

Artikel singkat ini ditulis dan dipost-kan di kompasiana.com pada bulan Juni 2010

Komentar

  1. pusatnya link alternatif agen sabung ayam online terpercaya indonesia
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus
  2. Winning303
    Memberikan Permainan Poker Paling Seru dengan Tingkat Kemenangan yang tinggi... Yakin anda susah menang??? coba saja di winning303.. Kemenangan tidak akan jauh dari semangat anda!!

    Raih Jackpot Spesial yang bisa anda dapatkan...dengan modal kecil dapatkan bonus BESAR...
    Hanya di Winning303...

    Winning303 juga menyediakan permainan lain dengan 1 ID...
    1. Sportsbook
    2. Live Casino
    3. Slot Online
    4. Lottery/Togel
    5. Sabung Ayam

    Ayo Langsung bergabung dengan kami...
    Customer Service 24 Jam
    Hubungi Kami di :
    WA:+6287785425244

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shutter Healing #01 : Bersepeda Memotret Suasana Bekasi Sebelum Lebaran

Shutter healing merupakan istilah yang saya ciptakan dimana menekan tombol shutter merupakan salah satu bentuk healing dan aktivitas yang membahagiakan. Bagi saya, ada dua bentuk healing yang paling membahagiakan; yaitu bersepeda dan memotret. Oleh karena itu, memotret dengan menekan tombol shutter disertai dengan bersepeda sudah pasti meningkatkan gairah kebahagiaan saya. Shutter healing episode 01 ini dilakukan di kota Bekasi dengan bersepeda menggunakan sepeda lipat keliling kota Bekasi. Kenapa sepeda lipat?, karena ada suasana santai saat bersepeda dengan sepeda lipat, dimana saya bisa menengok kanan dan kiri. Ketika ada sesuatu yang bagus dan unik, ambil kamera, bidik, tekan tombol shutter dan "jepret", gambar peristiwa terekam. Beberapa foto telah saya rekam pada episode shutter healing tanggal 9 April 2024. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1, dimana kamera ini sudah berumur sangat tua, pertama release pada tahun 2010. Kamera tua tidak masalah bagi saya,

Pengalaman Pertama Kali Develop Film Black And White

Memotret dengan kamera film atau analog dibutuhkan kesabaran tersendiri, pasalnya setelah selesai memotret, kita tidak bisa melihat gambar hasil jepretan seperti pada kamera digital. Untuk dapat melihat hasil jepretan, fotografer diwajibkan mencuci atau develop film terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan scan untuk merubah gambar menjadi format digital ataupun langsung dicetak ke dalam kertas foto. Di kesempatan ini, penulis mencoba memotret di kawasan Mutiara Gading Timur, Bekasi, menggunakan kamera Fujica 35 FS dengan film roll Fujifilm Neopan SS ISO 100 yang sudah expired tahun 2007. Fujifilm Neopan SS merupakan film negatif black and white dengan 36 exposure. Setelah menghabiskan 36 frame dalam satu hari, penulis kemudian mencoba untuk melakukan develop film sendiri dan develop film negatif black and white  kali ini merupakan pertama kali yang penulis lakukan. Tiada rotan akar pun jadi, pepatah ini akhirnya terpakai, dimana penulis merubah kamar mandi menjadi kamar gelap.

Shutter Healing #2 : Memotret Bekasi Setelah Lebaran

Shutter healing pada tanggal 14 April 2024 saya lakukan dengan menyusuri kota Bekasi dengan menggunakan sepeda lipat. Kamera yang digunakan adalah Olympus Pen E-PL1 yang merupakan kamera mirrorless lawas. Beberapa hasil jepretan dalam shutter healing diantaranya adalah : Seorang pengendara motor melewati jalan HM. Joyomartono, kota Bekasi (14/4/24). Suasana di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melaju di Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Seorang pejalan kaki di sekitar Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara motor melalui Jl. Insinyur Haji Juanda, kota Bekasi (14/4/24). Pengendara kendaraan bermotor melalui Jl. Pengairan dan Jl. Villa Raya, kota Bekasi (14/4/24). Pejalan kaki melalui Jl. Ahmad Yani, kota Bekasi (14/4/24). Shutter healing yang saya lakukan pada tanggal 14 April 2024 merekam suasana sebagian kecil kota Bekasi pada 4 hari setelah hari raya Idul Fitri. Di beberapa sudut jalanan masih terlihat suasa